
Dan
gigi-gigi kunci La Ilaha Illallah adalah syarat La Ilaha Illallah. Yaitu
sebagai berikut:
1. Ilmu
Dengan ilmu ini maka seseorang dapat menjauhkan dirinya dari kebodohan dan barangsiapa yang tidak mengetahui makna-nya maka ia tidak akan mengetahui petunjuk/tuntutannya. Maknanya adalah berlepas diri dari semua yang diibadahi selain Allah dan mengikhlaskan peribadatan hanya untuk Allah. Maksud La Ilaha adalah meniadakan segala yang diibadahai selain Allah. Maksud Illallah adalah menetapkan ibadah hanya untuk Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dalam masalah ibadah sebagaimana tiada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya.
Dengan ilmu ini maka seseorang dapat menjauhkan dirinya dari kebodohan dan barangsiapa yang tidak mengetahui makna-nya maka ia tidak akan mengetahui petunjuk/tuntutannya. Maknanya adalah berlepas diri dari semua yang diibadahi selain Allah dan mengikhlaskan peribadatan hanya untuk Allah. Maksud La Ilaha adalah meniadakan segala yang diibadahai selain Allah. Maksud Illallah adalah menetapkan ibadah hanya untuk Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dalam masalah ibadah sebagaimana tiada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya.
Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal. (QS. Muhammad: 19)
Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
Barangsiapa
yang meninggal sedangkan dia mengetahui makna La Ilaha Illallah pasti masuk
surga. (HR. Muslim)
2. Yakin
Dengan keyakinan maka seseorang akan terhindar dari sifat keragu-raguan karena jika yang diucapkannya itu dalam keadaan ragu, maka sesungguhnya ia belum beriman. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 15)
Dengan keyakinan maka seseorang akan terhindar dari sifat keragu-raguan karena jika yang diucapkannya itu dalam keadaan ragu, maka sesungguhnya ia belum beriman. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 15)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lah seorang hamba bertemu Allah
(meninggal dunia) dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun pasti
ia akan masuk surga. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Dari Abu
Hurairah rahimahullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
kepadanya: Barangsiapa yang engkau temui di balik dinding ini, sedangkan dia
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah didasari dengan hati yang yakin maka
berilah kabar gembira akan masuk surga. (HR. Muslim)
3. Ikhlas
Dengan ikhlas ini seseorang akan hanya mengharapkan pujian dan imbalan hanya dari Allah sehingga ia tidak mengharapkan pujian dari makhluk.Karena barangsiapa yang tidak mengikhlaskan seluruh amalannya untuk Allah ia telah melakukan kesyirikan yang meniadakan rasa ikhlas. Allah Taala berfriman:
Dengan ikhlas ini seseorang akan hanya mengharapkan pujian dan imbalan hanya dari Allah sehingga ia tidak mengharapkan pujian dari makhluk.Karena barangsiapa yang tidak mengikhlaskan seluruh amalannya untuk Allah ia telah melakukan kesyirikan yang meniadakan rasa ikhlas. Allah Taala berfriman:
Katakanlah:
“Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Az-Zumar: 11)
Dari Abu
Hurairah rahimahullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatku (pada hari kiamat) adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Ilallah murni dari hatinya (jiwanya). (HR. Bukhari)
Orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatku (pada hari kiamat) adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Ilallah murni dari hatinya (jiwanya). (HR. Bukhari)
Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka
atas orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan hanya mengharap wajah
Allah Taala. (HR. Muslim dari Utban bin Malik)
4. Sidq
(kejujuran)
Orang yang jujur tidak akan mengatakan apa yang tidak sesuai dengan hatinya karena orang munafik juga mengucapkannya, akan tetapi perkataannya tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya, maka ia telah berbuat dusta, karena batinnya tidak sesuai dengan dzahirnya. Sebagaimana yang telah Allah kabarkan tentang sifat mereka. Allah Taala berfirman:
Orang yang jujur tidak akan mengatakan apa yang tidak sesuai dengan hatinya karena orang munafik juga mengucapkannya, akan tetapi perkataannya tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya, maka ia telah berbuat dusta, karena batinnya tidak sesuai dengan dzahirnya. Sebagaimana yang telah Allah kabarkan tentang sifat mereka. Allah Taala berfirman:
Mereka
mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. (QS. Al-Fath: 11)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tiada seorang-pun yang bersaksi bahwa
tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya jujur dari
hatinya kecuali Allah akan mengharamkan neraka atasnya. (HR. Bukhari)
5. Qabul
(penerimaan)
Menerima segala ketentuan dan konsekuensi dari berikrar kalimat tahlil, karena ada sebagian manusia yang mengucapkannya dengan mengetahui maknanya tapi ia tidak menerima seruan orang yang mengajaknya. Hal ini bisa disebabkan karena kesombongan, dengki atau sebab-sebab yang lain.
Menerima segala ketentuan dan konsekuensi dari berikrar kalimat tahlil, karena ada sebagian manusia yang mengucapkannya dengan mengetahui maknanya tapi ia tidak menerima seruan orang yang mengajaknya. Hal ini bisa disebabkan karena kesombongan, dengki atau sebab-sebab yang lain.
Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa Ilaaha Illallah” (Tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan
mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami Karena seorang penyair gila?” (QS. Ash-Shaffat: 35-36)
6. Inqiyad
(ketundukan)
Setelah menerima segala konsekuensinya maka seseorang harus tunduk, patuh dan berpegang teguh terhadapnya. Syarat ini akan menumbuhkan sikap melaksanakan perintah-perintah Allah, meninggalkan larangan-larangan-Nya dan komitmen dengannya. Hakikat Islam adalah tunduknya hati dan badan seorang hamba kepada Allah dan tunduk kepada-Nya dengan tauhid dan ketaatan. Allah berfirman:
Setelah menerima segala konsekuensinya maka seseorang harus tunduk, patuh dan berpegang teguh terhadapnya. Syarat ini akan menumbuhkan sikap melaksanakan perintah-perintah Allah, meninggalkan larangan-larangan-Nya dan komitmen dengannya. Hakikat Islam adalah tunduknya hati dan badan seorang hamba kepada Allah dan tunduk kepada-Nya dengan tauhid dan ketaatan. Allah berfirman:
Dan
barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman: 22)
Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; Tiada beriman salah seorang kalian
sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa. (HR. al Baihaqi; an Nawawi
berkata: “hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al Hujjah dengan sanad
shahih)
7. Mahabbah
(kecintaan) yang meniadakan kebalikannya.
Dan yang terakhir adalah rasa cinta untuk selalu mendekat kepada Allah SWT. Tidak mungkin seorang hamba akan mengetahui dan menerimanya kecuali didasari rasa cinta. Barangsiapa mencintai Allah ia akan mencintai agama-Nya, barangsiapa yang tidak mencintainya maka jangan diharap ia akan mencintai agama-Nya.
Dan yang terakhir adalah rasa cinta untuk selalu mendekat kepada Allah SWT. Tidak mungkin seorang hamba akan mengetahui dan menerimanya kecuali didasari rasa cinta. Barangsiapa mencintai Allah ia akan mencintai agama-Nya, barangsiapa yang tidak mencintainya maka jangan diharap ia akan mencintai agama-Nya.
Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah : 165)
Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah : 54)
sumber: irdham.blogdetik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar